Setelah aku telaah betul - betul Pocong itu nampaknya meminta bantuan kepada kami untuk melepaskan tali pocongnya. Namun , permintaannya sengaja tak ku ceritakan pada kedua temanku itu. Beberapa menit kemudian tiba - tiba bus yang kami tumpangi mogok. Sang sopir dan kernet menghimbau kepada para penumpang untuk tetap diam ditempat dan tidak panik. Kami semuapun mengikuti arahan - arahan dari pengemudi bus ini.
Pak sopir mencoba starter busnya kembali namun gagal , mungkin ini ulah si pocong tadi. Lantas akupun membicarakan permasalahan ini kepada sopir dan kernet bus. Dia pun paham dan mengizinkanku untuk turu dari bus dan menolong pocong tersebut. Bambang dan Godrel nampak melongo melihatku menghampiri pocong itu.
Ku dekati makhluk halus itu dan ku lepaskan tali pocongnya hingga terlepas. Kemudian pocong itupun menghilang seketika. Hanya terdengar suara halus mengucapkan terimakasih padaku. Bus yang tadinya mogok kini menjadi hidup kembali mesinnya tanpa di starter. Kamipun melanjutkan perjalanan kembali dengan menyusuri hutan , alas dan sungai dengan jalan yang licin dan berbatu - batu.
Ketika kami melewati jalan yang berbiku - biku dan tanjakan lagi - lagi kami dihadapkan dengan penampakan. Sesosok Gondoruwo menghadang bus yang kami tumpangi dari depan. Sopir menghentikan laju bus ini secara mendadak hingga membuat kami dan penumpang lain terpental namun sedikit. Sang sopir kemudian gugup dan membaca dengan kerasnya ayat - ayat Al-Qur'an. Beberapa menit kemudian Gondoruwo itupun merasa kepanasan dan menghilang entah kemana.
Lantas bus ini kembali melanjutkan perjalanan , jalan - jalan yang licin kami lalui dengan hati - hati dan penuh dengan kewaspadaan. Setelah menembus jalan Raya akhirnya perasaan kamipun lega. Setidaknya sudah menjumpai tanda - tanda kehidupan dan mobilitas warga. Bus melaju dengan kecepatan tinggi , biasalah buat kami senam jantung itu pasti dong. Nyalip sana nyalip sini , lawan arus sudah menjadi identiknya bus timur. Cinta Untuk Sugiyem
Sampai pada waktunya perjalanan kami telah sampai ditujuan kami , Namun tak berhenti sampai disini kami harus menyusuri hutan kembali dengan jalan kaki karena tidak dapat menggunakan kendaraan dengan kondisi jalan yang tidak mendukung. Kulihat jam tanganku menunjukan pukul 03 pagi , semalaman kami belum tidur juga. Hingga akhirnya kami bertiga memutuskan untuk membangun tenda peristirahatan.
Cuaca ternyata lagi tak mendukung , kami dihadapkan kesulitan karena hujan deras mengguyur tempat kami. Dengan tenda kain rasanya tak mungkin untuk mendirikan disini hasilnya tetep basah. Lantas Bambang melihat disekeliling pintu masuk hutan terdapat sebuah bangunan rumah tua yang tak terawat namun memiliki penerangan.
Bambang : Bro , kae ono omah ayo ngiyup neng kono wae.
Godrel : Awakmu yakin mbek ngiyup kono?
Bowo : Wes rasah de pikiran wedi ndang ayo gek ngeyup daripada klebus.
Dengan berjalan kami bertiga menuju ke rumah tua tersebut. Setelah kami sampai diteras rumah itu , tiba - tiba pintu yang terbuat dari kayu itu terbuka dengan sendirinya. Lampu yang tadinya menyala kini hidup mati berkedip - kedip secara terus menerus hingga membuat suasana menjadi tegang. Ditambah lagi hujan yang mengguyur tempat ini menjadikan kami tidak bisa berkutik sama sekali.
Bambang yang kondang dengan ciut nyalinya nampak ketakutan , Namun hal berbeda dengan Godrel kini dia lebih berani. Mungkin karena dia merasa tertantang dengan semua ini. Setelah kami dikagetkan dengan beragam hal aneh di luar rumah tua itu , dengan nada lirih aku sapa penunggu rumah. Barangkali ada orang di dalam.
Namun tidak ada orang yang menjawab salamku , dan ku pastikan bahwa ini rumah tak berpenghuni dan telah dihuni oleh lelembut. Seketika bulu kuduk Bambang mengkorok , Kemudian kami merasakan angin sepoi - sepoi berada disekeliling kami. Angin itu bertiup mengelilingi kami dengan kencangnya seperti badai hingga membuat tubuh kami terpental ke dalam rumah tua itu. Ketika kami terbangun tiba - tiba pintu rumah ini menutup dengan sendirinya dan terdengar suara wanita tua tertawa.
Suasana makin tegang dan keruh dengan adanya suara tertawa dari wanita tua tersebut. Bambang kemudian mendekap Godrel. Sementara Godrel menatap ke atas dan aku menyelidiki sumber suara wanita itu berasal. Lampu penerangan kembali bersinar namun berkedip - kedip seakan menandakan kehadiran makhluk tak kasat mata. Ditambah lagi angin yang bertyiup semakin kencang membuat suasana semakin menegangkan.
Bersambung .....
Comments0